14 Desember 2011

Klaim Departemen dan Sekolah

Hal yang sangat digemari oleh banyak orang saat ini adalah klaim terhadap berbagai macam hal. Mulai dari penemuan, penamaan, pekerjaan hingga tempat tinggal. Untuk itu, penulis menyarankan agar anda mengklaim diri anda sendiri sebelum diri anda diklaim oleh orang lain. Anekdot yang bisa jadi akan menjadi beralasan suatu saat nanti.

Berkaitan dengan klaim, penulis akan mengklaim juga apa yang penulis anggap penting untuk mencegah klaim dari pihak-pihak yang kurang senang terhadap hal yang akan penulis klaim. Berikut klaim penulis:
1. Penggantian istilah jurusan dengan departemen di perguruan tinggi Indonesia. Penulis mengklaim bahwa pengubahan istilah jurusan dengan departemen dilakukan pertama kali di Indonesia oleh ITB. Mulai tahun 2000, ITB menggunakan istilah departemen sebagai pengganti jurusan. Perubahan istilah ini diikuti perguruan tinggi lainnya setelahnya.
2. Penggunaan istilah sekolah untuk mengganti fakultas di perguruan tinggi Indonesia. Penulis lagi-lagi mengklaim bahwa ITB pertama kali di Indonesia melakukan perubahan ini. Terbukti sejak tahun 2008, ITB telah menggunakan istilah sekolah pada beberapa fakultasnya. Hal ini mulai diikuti perguruan tinggi di sebelah barat kota Bandung.

Dengan diumumkannya klaim tersebut, penulis mengharapkan agar inferior syndrome yang sering menjangkiti diri kita agar tidak digunakan untuk mengklaim secara sepihak hanya karena untuk mengangkat pamor pribadi atau institusi.

Demikian, terima kasih.

13 Desember 2011

Bodoh Jika Pemimpin Mendengarkan, Benarkah?

Mendengar merupakan aktivitas yang sangat mulia saat ini. Betapa tidak, saat ini orang cenderung berbicara jika dibandingkan dengan mendengar. Berbicara menjadi semacam aktualisasi dari kepercayaan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Dan tahukah anda apa yang dilakukan seorang pemimpin saat ini? Ya, benar, anda benar. Pemimpin selalu berbicara dalam tugas kepemimpinannya. Anda bisa menghitung dengan jari tangan anda jumlah pemimimpin yang kegiatannya tidak hanya berbicara.

Mengapa pemimimpin cenderung enggan atau bahkan tidak mau untuk mendengarkan? Saat ini terbangun image bahwa orang yang mendengarkan adalah orang yang bodoh. Dan tahukah anda apa orang yang bodoh tersebut? Orang yang bodoh adalah orang yang tidak mengetahui banyak hal, sehingga orang tersebut perlu menambah pengetahuan tentang banyak hal. Cara yang dilakukan adalah dengan mendengarkan. Dan tahukah anda dimana posisi orang bodoh dalam strata sosial masyarakat modern saat ini? Ya, benar. Orang bodoh terletak pada strata yang sangat bawah. Dan itu sangat merendahkan harga diri. Dan tahukah anda jika seorang pemimpin tidak boleh rendah harga dirinya meskipun dia adalah orang yang bodoh? Penulis harap anda mengetahuinya bukan sebagai orang yang bodoh.

Jadi pemimpin adalah orang yang sangat anti kebodohan meskipun sebenarnya sang pemimpin adalah orang yang bodoh. Untuk melakukan itu semua, pemimpin menempuh cara dengan tidak mendengarkan banyak hal. Penulis semakin yakin dengan ungkapan bahwa "ketidakmampuan mendengarkan adalah cara untuk melestarikan kebodohan dan melejitkan posisi anda".

"Teruntuk pemimpin bodoh yang beruntung memiliki banyak uang"

09 Agustus 2011

Anda Tidak Mengerti Berbagai Masalah

Kemarin (8/8/2011) merupakan salah satu hari yang tidak akan penulis lupakan. Pada hari tersebut, tidak dengan sengaja mendengar perkataan dari atasan penulis yang dengan jelas meragukan kemampuan penulis dalam masalah teknis di bidang cement manufacturing. Seketika itu juga, penulis menyatakan bahwa juga tidak mempercayai atasan penulis dalam banyak masalah.

Penulis menyatakan hal demikian sebagai anti tesis dari atasan penulis tersebut. Dalam banyak hal memang seolah-olah atasan penulis "nyambung" dalam pembicaraan dengan orang lain. Padahal tidak sama sekali. Sebagai contoh yang paling dekat sebelum pernyataan dari atasan penulis keluar adalah permasalahan yang berkaitan dengan kebakaran di bag filter coal pulvurized bin. Bapak atasan, anda harus ingat bahwa syarat terjadinya peristiwa kebakaran karena 3 hal, yaitu adanya bahan bakar, adanya oksigen, dan terakhir adanya sumber api. Kebakaran terjadi jika ke-3 hal tersebut terpenuhi semuanya. Sekarang anda tinjau kembali susunan geometri bag filter anda. Disitu akan anda lihat bahwa udara sebagai carrier pulvurized coal disuplai lebih banyak jika dibandingkan dengan kemampuan fan pada bag filter. Anda harus ingat fungsi bag filter tersebut bukan? Jika tidak ingat, baca kembali buku catatan anda. Jika ada. Lantas apa yang akan terjadi? maka akan terjadi kelebihan kadar oksigen dalam bin tersebut. Anda berargumen kenapa kalau ada kelebihan pressure explosive valvenya tidak bekerja. Anda berargumen dengan argumen yang ngawur, yang tentu saja bagi saya argumen anda lebih dikarenakan ketidak mampuan anda di bidang proses. Anda bukan process engineer, ingat itu. Anda ingat operasi pengisian bin tersebut? Jika tidak, kembalilah ke CCR. Apakah anda sudah bisa memahami? Ini masalah teknis. Jika sudah, perhatikan ini. Anda pernah mendengar istilah flash point? Jika tidak buka catatan anda. Anda harus bekerja keras dengan ini. Di dalam bin ada ke-3 unsur terjadinya kebakaran yaitu, oksigen dari udara, pulvurized coal dan flash point dari pulvurized coal. Anda bisa memahaminya? Jika anda, atasan penulis, mambaca tulisan ini mudah-mudahan anda akan mengerti.

Itu hanya segelintir contoh betapa tidak terjangkaunya pemikiran anda pada masalah teknis yang sesungguhnya. Masih banyak lagi contoh yang bisa penulis kemukakan. Selama ini penulis menghormati anda dengan segala kekurangannya. Tapi ketika anda menabuh genderang perang, maka penulis akan dengan senang hati menarinya. Maka bersamaan ini penulis kembali menegaskan bahwa penulis tidak mempercayai anda, atasan penulis, dalam banyak masalah. Saya akan mengatakan langsung ini kepada anda pada saatnya nanti.

30 Juni 2011

Kekuatan Luar Biasa Media Masa

Malam ini keinginan penulis untuk menulis di blog ini sangat tinggi. Betapa tidak, saat ini atmosfir yang melingkupi bangsa ini adalah media masa. Ya, media masa. Media masa adalah kekuatan terbesar yang sanggup menentukan mata angin bergeraknya bangsa ini. Media masa telah berhasil mempengaruhi opini masing-masing individu untuk diseragamkan menjadi sebuah opini publik. Setiap waktu, media masa menyajikan informasi yang berusaha menampilkan sebuah peristiwa berdasarkan sudut pandang pewarta. Ya, berdasarkan sudut pandang pewarta.

Jika pewarta menampilkan sebuah peristiwa sesuai dengan maksud dan nilai dari peristiwa tersebut, tentu kita sebagai konsumen berita media masa dari pewarta tersebut akan mendapatkan bentuk pengetahuan. Jika ternyata sebaliknya? tentu yang penulis dan anda akan mendapatkan berita mengenai sebuah peristiwa yang tidak terkonfirmasi kebenarannya alias gosip.

Jika dilihat betapa vitalnya peran pewarta tersebut. Sebuah fakta kebenaran suatu peristiwa jika diberitakan dari sudut pandang pewarta yang berbeda maka akan lain beritanya. Maka, penulis melihat bahwa subyektivitas dari pewarta harus ditekan dan ditonjolkan sisi obyektivitasnya.

Namun, apa lacur. Saat ini penulis mengamati bahwa banyak pewarta yang cenderung berbekal opini pribadi dalam menggal informasi. Apalagi jika opini pribadi tersebut merupakan news maker yang sangat dinantikan kebanyakan komunitas penikmat berita. News maker yang dinantikan tersebut pada umumnya, kalau tidak mau dibilang seluruhnya, adalah berkaitan dengan "melewan hegemoni penguasa hajat hidup". Ini sesuai dengan kondisi kejiwaan manusia, sekali lagi pada umumnya, yaitu "mendukung manusia tertindas dan bangga jika yang tertindas pada akhirnya menjadi pemenang" meskipun jika kita tanya sendiri, tentu kita tidak mau menderita.

Dari fenomena ini muncul tafsir sepihak dari pewarta, seperti misalnya jika si pembuat berita menggeleng tidak mau di wawancara dengan pertanyaan "apakah anda menyuap?", si pewarta menafsirkan bahwa pembuat berita dinyatakan tidak melakukan penyuapan. Padahal si pembuat berita menggeleng bermaksud tidak mau menjawab pertanyaan bukan menggeleng bukan menyuap. Mengerikan bukan?

Yang mengerikan lagi jika masalah tersebut menyangkut maslahat yang lebih luas. Opini telah terbentuk, fakta A dapat diputarbalikan menjadi fakta B. Celakanya, emosi masuk dalam permasalahan ini. Akibatnya kerusuhan akan terjadi. Hidup menjadi susah bukan?

Hebat sekali media massa ini. Maka, jika anda hanya berdiam diri tidak mampu memanfaatkan media massa, rugilah anda. Untuk itu, penulis mengajak semua anda untuk memiliki media anda sendiri. Entah itu berupa catatan harian, blog, majalah atau apapun. Otentikan peristiwa anda sendiri dengan jujur dan apa adanya pada media masa anda agar anda tidak menjadi bulan-bulanan media masa. Atau setidaknya anda mempunyai fakta yang benar jika digunakan kelak dikemudian hari.

Penulis jadi ingat, memang tulisan atau sebuah berita sangat tajam, berpegaruh dan mestinya anda menguasainya. Begutilah kehidupan kita.

06 Juni 2011

Kejahatan Mendapat Kebaikan, Adilkah?

Hidup ini memang penuh dengan misteri. Bahkan ada orang bilang bahwa kalau tidak ada misteri maka bukan hidup namanya. Kadang kita berpikir bahwa si A adalah orang yang baik tapi ternyata kebalikannya. Kadang pula bahwa mobil Z adalah mobil yang tidak cocok untuk kita, nyatanya? Mobil Z adalah mobil yang sangat cocok untuk kita. Adakalanya orang yang berbuat curang malah mendapatkan kebaikan atau nilai baik. Sebaliknya, orang yang jujur dan bekerja keras mendapatkan hal kebalikannya. Namun, itulah hidup.

Tuhan tidak pernah memilih kepada siapa rizki atau kenikmatan yang diaberikan. Bahkan kepada seorang malingpun, Tuhan masih memberinya hidup. Bahkan sampai meninggalnya, maling tersebut tidak pernah tertangkap oleh penegak hukum. Lalu apakah ini adil menurut ukuran kita, manusia? Tentu jawabannya tidak. Jika ia, sungguh anda ada dideretan para orang yang diberi pencerahaan.

Memang, sering kali atau bahkan selalu, manusia mengukur keadilan pada konteks kekinian. Menurut penulis, itu manusiawi. Namun, jika kita masih ingat bahwa kita hidup tidak hanya di konteks kekinian. Ada waktu didepan yang membentang. Bahkan seklaipun ketika kita sudah meninggal. Kita akan melihat akibat dari yang telah kita lakukan. Tuhan tidak pernah meningkari apa yang pernah Dia janjikan. Maha Suci Dia dari semua itu. Cepat atau lambat, pada beberapa waktu kedepan, pasti kita akan mendapatkan jawaban atas perbuatan kita. Sekalipun anda berhati bebal, yakinlah anda akan selalu menanggung rasa malu atas kebrukan yang pernah anda lakukan. Apalagi jika anda memilih jalan hidup untuk menjadi penyeru moral, maka yakinlah sepanjang hidup anda akans elalu dihantui perasaan bersalah tersebut.

Jadi, relevankah jika kita masih mempertanyakan keadilan Tuhan? Jawabannya penulis serahkan kepada masing-masing pembaca. Inilah hidup. Dan inilah kepastian hidup.

02 Juni 2011

Menikmati Hidup Ini

Liburan yang cukup menyenangkan. Setidaknya ini setelah penulis melihat untuk ke sekian kalinya film 3 idiot. Film yang menggambarkan persahabatan 3 orang sahabat yang berkuliah disebuah sekolah tinggi engineering. Sekolah yang menghasilkan orang-orang yang diharapkan mampu menjadi pioneer di bidang aplikasi teknologi. Bidang yang akan selalu menjadi pendorong peradaban.

Disana ada 3 orang sahabat yang sangat kompak. Persahabatan yang tidak karena keterpaksaan menjadi teman satu angkatan ataupun persahabatan yang disebabkan oleh kepentingan mendapatkan nilai yang bagus. Meskipun demikian, ke 3 orang tersebut sebetulnya memiliki minat yang berbeda-beda. Orang yang pertama memilki minta di bidang mechanical engineering dan berusaha mengembangkan kapasitas keilmuannya untuk menjadi ilmuwan dan mengajar. Orang yang kedua adalah orang yang juga menyukai bidang mechanical engineering namun karena tidak bisa memfokuskan dirinya untuk belajar maka apa yang diraihnya tidak optimal. Orang kedua ini mengembangkan keilmuannya melalui jalur praktis dan bisa dikatakan hanya sebagai pengguna ilmunya. Orang yang ketiga atau yang terakhir adalah orang yang sebenarnya menyukai bidang fotografi. Tetapi karena ayahnya menginginkan dirinya menjadi seorang engineer maka terpaksa ia berkuliah di sekolah engineering.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya mereka menyadari bahwa hanya dengan minat yang tinggi akan suatu bidanglah manusia bisa menjadi optimal. Menjadi diri sendiri lah. Bukan menjadi orang lain, menjadi seperti bos, menjadi seperti teman di sana di sini, atau seperti lainnya. Ketika semua orang mengkhawatirkan masa depannya, hanya ada satu jawaban untuk mengatasi kekhawatiran tersebut. jawabannya adalah fokus pada minatmu maka masa depan akan menjdi milikmu. Nikmati hidup ini.

21 Mei 2011

Maling Teriak Maling

Maling teriak maling,
sembunyi balik dinding,
pengecut lari terkencing-kencing...

Tikam dari belakang,
lawan lengah diterjang,
lalu sibuk mencari kambing hitam...

Penulis merasakan lagu Iwan Fals ini sangat sesuai dengan kondisi negeri ini. Negeri dengan berjuta masalah, namun tanpa satupun visi untuk menyelesaikannya. Semuanya menjadi tampak relatif, sumir atau bahasa tren-nya abu-abu. Kebenaran menjadi relatif, ketidak benaran dapat menjadi bentuk kebenaran baru.

Orang di negeri ini menjadi sangat marah jika apa yang dilakukannya terbukti salah. Orang di negeri ini akan menutupi kesalahannya dan sengan kedok bahwa hanya dirinya sendiri yang tahu akan dirinya, ia memutarbalikkan fakta.

Orang di negeri ini gemar sekali berjanji. Gemar sekali menyatakan kesanggupan yang mestinya jika dipikir dengan pikiran yang jernih sangat tidak mungkin kesanggupannya untuk dipenuhi.

Orang di negeri ini akan menuntut lebih jika ada orang lainnya menolongnya. Tanpa malu-malu bahkan mengemis untuk meminta pertolongan. Punya uang mengaku miskin. Bisa beli pulsa mengaku ekonomi lemah.

Orang di negeri ini gemar sekali marah. Demi reformasi, demi menyampaikan pendapat, dihadang semua motor atau mobil dinas yang berplat merah. Padahal orang itu masih berharap menjadi PNS. Bahkan jika mereka gugur atau tidak lolos dalam tes penerimaan CPNS, orang itu akan marah. Merusak kantor pemerintah yang padahal sangat mereka idamkan untuk mencari kepeng.

Orang di negeri ini suka sekali memamerkan kegiatannya sehari-hari yang semestinya tidak perlu dipamerkan. Orang di negeri ini juga senang memasang foto tempat kunjungannya ketika mereka bepergian. Orang itu beranggapan bahwa orang lain tidak pernah berkunjung ke tempat itu. Orang itu juga selalu beranggapan tempat yang dikunjunginya adalah menarik dengan tujuan orang lain iri. Padahal, orang itu hanya menginap di hotel yang mungkin tidak nyaman. tapi demi gengsi dan pamer, semuanya bisa dilakukan. Toh siapa yang bisa memverifikasi kebenaran foto dan status?

Satu lagi, orang di negeri ini masih ada saja yang beranggapan bahwa orang itu adalah wakil dari orang lain. Menyampaikan segala keluhan orang lain. Padahal, nyatanya, orang tersebut hanya berteriak dan mencari-cari jawaban pembenaran. Menganjurkan orang lain ber-etika tapi berbicara SARA. Menjawab pertanyaan wartawan dengan cara sekedar mengeles, seperti orang baru itu.

Demikianlah, marinng teriak maling.