25 Januari 2010

Budaya Antri dan Selamat

Pernahkah anda berada di fasilitas publik yang ramai dikunjungi dan fasilitas publik tersebut merupakan sumber bahaya kebakaran dan ledakan? Ya, penulis yakin anda pernah berada disitu terutama ketika kendaraan bermotor anda membutuhkan bahan bakar. SPBU, tepat sekali pemikiran anda.

Sebagai fasilitas publik, suasana nyaman, tertib dan teratur tentulah menjadi idaman bagi pengunjungnya. Sehingga suasana yang ramai tidak menjadi beban. Namun, apa jadinya jika anda mengalami ketika suasana SPBU ramai sementara keadaannya terkesan semrawut karena penyerobotan antrian dan pengabaian aspek keselamatan terjadi? Penulis yakin, anda akan merasa kesal sekali.

Penyerobotan antrian di SPBU kerap kali dialami oleh penulis semenjak penulis tinggal di ujung barat-utara kota kecil di Jawa Timur. Entah mengapa hal ini lebih sering terjadi di kota tersebut dibandingkan dengan kota lainnya, setidaknya demikian menurut catatan penulis. Penulis mengamati, rata-rata penyerobot antrian mempunyai tipikal yang hampir sama. Tipikal tersebut antara lain tidak menggunakan helm, kenal dengan petugas SPBU setempat, tidak punya rasa malu dan sedang merokok. Mengerikan bukan?

Penulis jadi tidak habis pikir, gejala sosial apa yang tengah menjangkiti para penyerobot tersebut? Apakah ini merupakan produk dari kebebasan berekspresi yang berpusat pada jargon "dirimu adalah seorang pemimpin" yang diartikan bahwa pemimpin adalah pengatur? Apakah sekedar ketidak tahuan kolektif yang tidak disengaja?

Penulis menganggap, ini merupakan embrio dari masalah sosial yang membahayakan kota tersebut. Jika terus dibiarkan, meskipun skalanya adalah masalah remeh, penulis yakin akan berdampak negatif bagi laju pembangunan kota? Alih-alih mendapat kemajuan malah mendapat rusaknya tatanan moral yang mengerikan. Terlalu jauh memang, tapi penulis yakin arahnya akan kesana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar