25 Januari 2010

Obyektifitas Sebuah Informasi

Keterbukaan informasi merupakan anugerah yang sangat berharga bagi bangsa kita. Inilah salah satu produk dari reformasi yang bangsa ini gulirkan di tahun 1998 lalu. Hal yang sebelumnya tidak pernah dinikmati ketika kita semua ada di rezim orde baru yang kata para pengamat politik merupakan rezim yang otoriter dan tidak menghargai HAM. Salah satu pelangaran HAM itu adalah pembatasan informasi untuk publik, seperti demikian kata para pengamat tersebut.

Salah satu manfaat yang dapat diambil dari terbukanya informasi untuk publik adalah kita bisa menyaksikan siaran langsung penyelidikan kasus Bank Century oleh para anggota DPR. Tentu saja hal ini tidak akan pernah terjadi jika bangsa ini masih dalam kungkungan orde baru. Anugerah yang besar bukan?

Meskipun demikian, satu hal yang mengganjal penulis adalah mengenai obyektifitas dari informasi yang dikonsumsi publik. Penulis meyakini bahwa dengan obyektifitas yang optimum maka nilai kebenaran dari suatu informasi dapat publik gali. Penulis juga sadar bahwa untuk mendaptkan obyektifitas yang bulat 100% tidaklah mungkin di dapat di dunia ini, namun upaya yang keras penulis pikir dapat mendekati nilai tersebut.

Mengapa hal yang berkaitan dengan obyektifitas menjadi hal yang mengganjal bagi penulis? Hal ini disebabkan adanya kecenderungan yang hampir merata di berabagai lembaga penyedia informasi yang berusaha membangun opininya sendiri atau setidaknya mereka mencoba menyimpulkan melalui selera mereka bukan atas dasar fakta yang ada. Hal ini terbukti dengan cara pewawancara untuk memotong pembicaraan sumber berita dan membatasi upaya sumber berita untuk memberi informasi lengkap. Dengan kata lain, pewawancara sudah mempunyai praduga tertentu pada sumber informasi. Yang menyedihkan dari hal ini adalah fenomena tersebut didapat pada lembaga penyedia informasi yang bernama stasiun televisi. Dan mungkin anda tahu bahwa siaran televisi sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan bangsa ini karena sebagian dari penduduknya adalah penikmat acara-acara di televisi.

Penulis memandang perlu dilakukan upaya untuk menyelesaikan ganjalan ini. Setidaknya kalau anda bersepakat dengan penulis tentang fenomena ini, mulailah anda untuk menyaring informasi dengan hati-hati. Mulai belajar untuk mengabaikan bentuk penyimpulan atau opini yang berusaha dilakukan oleh pewawancara. Simaklah apa yang disampaikan oleh sumber berita dan satu hal yang penting cari media pembanding untuk mendapatkan informasi yang seimbang. mudah-mudahan ini membantu penulis dan anda semuanya. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar